Kamis, 06 September 2012

RESUME PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB XIII


BAB XIII
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL
A.    Pembelajaran Konstruktivisme
1.        Pengertian
Konstruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memanai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentransfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran konstruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.
Pembentukan teori konstruktivisme pada umunya dikaitkan dengan Jean Piaget, yang
mengartikulasikan mekanisme internalisasi pengetahuan pada peserta didik. Dia menyatakan bahwa melalui proses akomodasi dan asimilasi, peserta didik membangun pengetahuan dari pngalamannya. Salah satu tujuan penggunaan pembelajaran konstruktivistik adalah peserta didik belajar cara-cara mempelajari sesuatu dengan cara memberikan pelatihan untuk mengambil prakarsa belajar.
Untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka: (a) lingkungan belajar harus menunjukkan suasana demikratis. (b) kegiatan pembelajaran berlangsung interaktif terpusat pada peserta didik. (c) pendidik memperlancar proses belajar sehingga mampu mendorong peserta didik melakukan kegiatan belajar mandiri dan bertanggungjawab atas kegiatan belajarnya.

2.        Asumsi Pembelajaran
a.         Hakekat Peserta Didik
Ø  Peserta didik adalah individu yang bersifat unik.
Ø  Latar belakang dan kebudayaan peserta didik.
Ø  Tanggungjawab belajar.
Ø  Motivasi belajar.

b.      Peranan Peserta Didik
Sesuai denga pendekatan konstruktivisme, pendidik harus menyesuaikan diri dengan peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai pendidik. Tugas pendidik adalah berceramah tentang pelajaran yang dijarkan, sedangkan tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pelejaran. Apabila pendidik itu sebagai pendidik, maka peserta didik memainkan peran pasif sedangkan jika sebagai fasilitator, peserta didik memainkan peran aktif dalam proses belajar.

c.       Hakekat Proses Belajar
Ø  Belajar merupakan proses sosial dan aktif.
Belajar adalah bukan suatu proses yang hanya didalam jiwa seseorang, atau bukan perkembanagan perilaku yang bersifat pasif yang dibentuk oleh kekuatan eksternal dan belajar yang bermakna itu terjadi apabila individu terlibat dalam kegiatan sosial.
Ø  Dinamika interaksi antara tugas, pendidik, dan peserta didik.
Karakteristik peran fasilitator dalam sudur pandang konstruktivisme sosial adalah bahwa pendidik dan peserta didik terlibat secara sama dalam kegiatan belajar.

d.      Kolaborasi antar Peserta Didik
Ø  Belajar sambil mengajar
Apabila peserta didik harus menyajikan dan berlatih isi pelajaran baru dengan  teman sekelasnya, maka akan terbentuk pembuatan pengetahuan yang bersifat kolektif, dan proses ini tidak bersifat linier, sebagaimana yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Ø  Pentingnya konteks
Paradigma konstruktivisme sosial memandang konteks yang menjadikan belajar sebagai pusat belajar.

e.         Asesmen
Asesmen dipandang sebagai proses dua jalan yang melibatkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, oleh karena itu asesmen dan belajar dipandang proses yang berkaitan dan bukan sebagai proses yang terpiah.

f.       Pemilihan, cakupan, dan urutan materi pembelajaran
Ø  Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu.
Ø  Keterlibatan peserta didik.
Ø  Struktur proses belajar.

3.        Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan kontruktivisme menekankan pembelajaran dari atas ke bawah ( top – down instruction ), dan bukan dari bawah ke atas ( bottom – up instruction 0. Pembelajaran dari atas ke bawah berarti peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan ( dengan bantuan pendidik ) ketrampilan dasar yang diperlukan. Misalnya, peserta didik diberi tugas menulis karangan bebas baru kemudian mereka belajar tentang kosa kata, struktur kalimat, dan sejenisnya.pendekatan rekonstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan belajar kerja sama, alasannya, peserta didik akan lebih mudah menemukan dan menguasai konsep yang sukar apabila mereka dapat membahasnya dengan kelompok. Peserta didik secara rinci bekerja dalam pasangan atau kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang untuk memecahkan masalah yang kompleks. Aktivitas belajar yang digunakan dalam pendekatan ini adalah memecahkan masalah secara terbuka, diskaveri, dan eksperimen.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam teori rekonstruksi disebut belajar generative ( generative learning ). Asumsinya adalah bahwa semua kegiatan belajar adalah menemukan ( discovery ). Apabila pendidik menyampaikan informasi kepada peserta didik, peserta didik harus melakukan operasi mental agar informasi itu dapat mereka miliki. Strategi belajar generatif mengajarkan peserta didik tentang cara – cara mengoperasikan mental mereka ketika menghadapi informasi baru.
Inti pendekatan belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori, yaitu pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna ( meaningful information ). Pembelajaran ekspositoris terdiri dari tiga tahap penyajian yaitu :
Tahap pertama : penyajian advance organizer
Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian – bagian utama yang mebcakup dalam urutan pengajaran. Ausubel ( 1960 ) menyatakan bahwa advance organixer merupakan strategi pembelajaran kognitif yang digunakan untuk meningkatkan belajar dan penguasaan informasi baru.
Tahap kedua : penyajian materi atau tugas belajar
Dalam tahapa ini pendidik menyajikan meteri pembelajaran baru dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikan tugas – tugas belajar kepada peserta didik. Ausubel menyarankan suatu proses yang disebut dengan diferensiasi progresuf, dimana pembelajaran berlangsung setahap demi setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik, contoh – contoh ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan konsep baru.
Tahap ketiga : memperkuat organisasi kognitif
Dalam tahap ketiga, Ausubel menyarankan bahwa pendidik mencoba mengikatkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan didalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pendidik memberikan pertanyaan kepada peserta didik dalam rangka menjajagi keluasaan pemahaman peserta didik tentang isi pelajaran.

B.     Pembelajaran Kontekstual
1.    Pengertian
Pembelajaran konstektual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata, seperti anggota keluarga, warga negara, dan pekerja serta mempersyaratkan belajar dan bekerja keras.
Pembelajaran konstektual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari – hari ( konteks pribadi, sosial dan cultural ) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan ( transfer belajar ) dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan atau konteks lain.
Pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan peenerapannya dalam kehiupan sehari – hari. Dalam kelas kontekstual, tugas pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya.
Tujuan dari penerapan dan pendekatan pembelajaran konstektual adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari – hari sebagai individual, anggota keluarga, anggota masyarakat dan anggota bangsa.

2.      Landasan Pemikiran
Pendekatan kontekstual mendasarkan pada pemikiran tentang belajar sebagai berikut :
a.       Proses belajar
Belajar tidak hanya proses menghafal, melainkan harus mengalami sendiri pengetahuan baru, tidak begitu saja diberikan oleh pendidik. Dan perlu adanya pemecahan masalah untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.
b.      Tranfer belajar
Transfer belajar bukan dari orang lain, melainkan dari pengalaman, dan pengetahuan diperluas dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit.
c.       Peserta didik
Peserta didik mempunyai kecenderungan untuk belajar cepat mengenai hal baru, peran pendidik hanya menghubungkan dan memfasilitasi agar informasi yang baru dapat bermakna.
d.      Lingkungan belajar
Belajar dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik, dan menumbuhkan komunitas belajar merupakan hal penting

3.      Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lain. Yaitu sebagai berikut :
a.      Proses Pembelajaran
Mencakup berbagai disiplin ilmu pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh prespektif terhadap kehidupan nyata.  Mereka memahami bagaimana pengetahuan dan ketrampilan itu berhubungan dengan kehidupan sekarang atau masa yang akan datang


b.      Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berbasis pada :
·         Standar disiplin pengetahuan yang diterapkan.
·         Pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dan memiliki kompetensi tertentu.
·         Menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis dan pembuatan Keputusan.

c.       Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar mampu mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal dan eksternal. Pengalaman belajar  ini akan menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam.
d.      Integrasi Pendidikan Akademik Dan Karier
Akan membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman  tentang karier atau bidang kajian teknis tertentu.

4.      Komponen Pembelajaran Kontekstual
a.    Kontruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasanberfikir yang digunakan dalam pembelajaran kontruktivisme. Esensinya adalah bahwa peserta didik harus menemukan dan mentranformasikan sendiri suat informasi yang nantinya menjadi miliknya sendiri.
Dalam pandangan kontruktivis, tugas pendidik adalah menfasilitasi proses tersebut dengan :
·         Menjadikan pengetahuan  bermakna dan relevan bagi peserta didik
·         Memberi peserta didik kesempatan menemukan dan menerapkan idenya sendiri
·         Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
b.   Inkuiri
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diharapkan  bukan hasil dari mengingat melainkan hasil dari menemukan sendiri.  Pendidik harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Siklus inkuiri yaitu : Observasi, Bertanya, Mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan
c.    Bertanya
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran CTL. Bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan  pendidikan berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Aktivitas bertanya juga diketemukan ketika peserta didik berdiskusi, kerja kelompok dan lain sebagainya.
d.   Masyarakat Belajar
Hasil belajar diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, sharing dengan teman, maupun kelompok.  Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah. Metode pembelajaran dengan metode ini akan membantu proses pembelajaran di kelas.
e.    Pemodelan
Dalam sebuah pembelajaran ada model yang bisa ditiru, bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, melafalkan ejaan dan sebagainya. Pendidik memberi contoh cara bekerja sesuatu, sebelum peserta didik melakukan tugas tersebut. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan  diamati oleh peserta didik.
f.     Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses.  Yang diperluas melalui konteks pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, pendidik menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi.
g.    Penilaian Autentik
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessement belajar itu tidak dilakukan di akhir periode belajar, namun dilakukan secara integral tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan dari hasil. Dengan demikian penilai tidak hanya pendidik, tetapi bisa juga teman atau orang lain.

5.      Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual akan berhasil apabila sasaran utamanya adalah mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan kehidupan keseharian peserta didik.
a.        Prinsip kesaling-bergantungan
Prinsip kesaling-bergantungan mengajak pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam. Menyadari adanya kesaling-bergantungan ini dapat menimbulkan pemikiran kritis dan reaktif, dan pemikiran ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang dapat menghasilkan pemahaman baru.
Prinsip kesaling-bargantungan juga mendukung adanya kerjasama antara komunitas belajar. Dengan bekerjasama, peserta didik akan terjadi proses saling berbagi informasi dan saling mendengarkan, sehingga setiap individu peserta didik memperoleh berbagai macam pandangan atau pendapat yang pada akhirnya dapat diperoleh kesimpulan yang menjadikan pemahaman yang bermakna.


b.        Prinsip diferensiasi
Kata diferen merujuk pada dorongan terus-menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman yang tidak terbatas, perbedan, berlimpahan, dan keunikan. Pendidik yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, mereka akan melihat pentingnya kelas itu tercipta suasana yang memicu kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerjasama
Hal ini membebaskan peserta didik untuk menjelajahi bakat mereka, memunculkan cara belajarnya sendiri, dan berkembang dengan langkah-langkahnya sendiri.
c.         Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap entitas terpisah di alam semesta memiliki potensi bawaan yang sangat berbeda antara satu entitas dengan entitas lainnya. Prinsip pengaturan diri meminta pendidik untuk mendorong setiap peserta didik mengeluarkan seluruh potensinya. Dalam kegiatan belajar seperti ini, peserta didik menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilakunya sendiri, menilai alternative, menentukan pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menentukan alternative penyelesaian, dan dengan kritis menilai hasilnya.

6.      Pendekatan Pembelajran Kontekstual
Esensi pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi dunia nayata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota bangsa dan mendorong peserta didik membuat hubungan anara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai pendekatan, yaitu pendekatan barbasis masalah, menggunakan konteks ganda, pengelompokan peserta didik, dukungan belajar mengatur didri sendiri, membentuk kelompok belajar saling bergantung, menggunakan asesmen autentik.
a.        Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran kontekstual dapat dimulai dengan masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Masalah yang paling berharga untuk dipelajari peserta didik adalah masalah yang mampu memberikan makna penting, seperti keluarga, pengalaman di sekolah, tempat kerja, dan masyarakat. Pendekatan ini meliputi perolehan informasi yang berkaitan dengan masalah, mensistensis informasi, dan menyajikan temuan kepada orang lain.
b.        Penggunaan keragaman konteks
Teori kognisi yang sesuai dengan situasi menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari konteks fisik dan sosial dimana pengetahuan itu berkembang. Oleh karena itu pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan di barbagai lingkungan, seperti sekolah, tempat kerja, keluarga, dan masyarakat.
c.         Pengelompokan peserta didik
Esensi pengelompokan peserta didik adalah agar mereka mampu berbagi pengalaman atau informasi. Kolaborasi tim dalam kelompok dan kegiatan kelompok belajar juga akan belajar saling menghormati keragaman, memiliki sudut pandang yang lebih luas, dan membangun keterampilan hubungan interpersonal.
d.        Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat.  Dalam hal ini mereka mampu mencari. Menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.
e.         Pembentukan kelompok belajar saling bergantung
Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Apabila komunitas belajar itu dibangun di sekolah, peran guru hendaknya sebagai fasilitator ataupun sebagai pembibmbing belajar.
f.         Menggunakan asesmen autentik
Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memanatau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran.










Description: E:\bake up\FLASH JUNI\ska\Foto\Unnes\unnes hitam.jpg

RESUME
BAB XIII : PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL

Oleh :
1.      Ayu Rofiah                       3301410013
2.      Noor Juni W                     3301410030
3.      Rudi Setiawan SP                        3301410044
4.      Afifi Ambarwati               3301410085


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar